Kamis, 14 Juli 2011

PERUBAHAN FUNGSI KESENIAN TRADISIONAL “RENTAK KUDO” MASYARAKAT KERINCI (Studi Kasus: di Kecamatan Hamparan Rawang)

A. LATAR BELAKANG
Rentak kudo atau malang inaih adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Kerinci, Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda dan kombinasi dari gerakan silat "langkah tigo" ("Langkah Tiga"). Para penari terdiri dari pria dan wanita yang menari dengan gerakan yang khas, antara penari pria dan wanita dipisahkan ketika tarian sedang berlangsung. Penyayi yang mengiringi tari rentak kudo ini di sebut ‘pengasuh’, pengasuh dalam mengiringi tari rentak kudo menggunakan pantun-pantun khas kerinci sebagai iringan, sedangkan alat musik yang mengiri tari rentak kudo yaitu gendang dan gong. Biasanya tarian ini juga dipentaskan dengan pembakaran kemenyan sebagai ritual yang membuat penari semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di antara penari yang mengalami kesurupan.
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sakral oleh masyarakat Kerinci. Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat dan untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci kepada nenek monyang dan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu rentak kudo pada masyarakat Kerinci juga di gunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat pada masyarakat Kerinci (http://id.wikipedia.org/wiki/Rentak_kudo. Di akses 15/06/2011).
Namun walaupun telah ada banyak tulisan yang menuliskan tentang asal-usul Tari Rentak Kudo di kerinci, belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal-usul seni budaya ini di Kerinci. Hal ini diperkirakan Tari Rentak Kudo telah ada sejak lama sekali di daerah Kerinci. Menurut seniman-seniman senior, kesenian ini telah dipelajari dan dilaksanakan jauh sebelum mereka lahir namun asal-usulnya menjadi kabur seiring perjalanan waktu. Tari rentak kudo pada saat sekarang ini dipopulerkan oleh mayoritas masyarakat Hamparan Rawang. Dari masyarakat hamparan rawang inilah grup-grup rentak kudo banyak berasal yang mana tari rentak kudo lebih dikenal sebagai malang inaih.
Seiring perkembangan zaman tari rentak kudo juga mendapat pengaruh modernisasi, ini dibuktikan dengan alat musik yang digunakan dalam menyelenggarakan tari rentak kudo, dahulunya tari rentak kudo menggunakan gendang dan gong sebagai alat untuk mengiringi tarian, akan tetapi sekarang ini masyarakat menggunakan piano (orgen) untuk mengiringi teri rentak kudo tersebut. tujuan tari rentak kudo juga mengalami perubahan fungsi seiring perkembangan zaman yang mana Tujuan dari pementasan tari ini sebenarnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat dan untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci kepada nenek monyang dan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta di gunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat pada masyarakat kerinci. Akan tetapi sekarang ini tari rentak kudo digunakan masyarakat pada acara malam amal (lelang minum minuman beralkohol) dan tidak jarang menimbulkan konflik antara penari yang mayoritas pemuda yang telah terpengaruh oleh alkohol, pada zaman dahulu antara penari laki-laki dan perempuan dipisah supaya tidak terjadi kemungkinan yang tidak dinginkan. Akan tetapi sekarang ini penari pria dan wanita bercampur baur, walaupun masih ada masyarakat yang memisahkan pria dan wanita itu hanya sebagian kecil masyarakat Kerinci saja.
Sekarang ini Rentak kudo bukan lagi sebagai tradisi masyarakat Kerinci yang sakral akan tetapi telah mengalami dekadensi kebudayaan, Perubahan derjat tari rentak kudo yang dahulu di anggap sakral tapi kini telah dianggap biasa oleh masyarakat. bagi masyarakat Kerinci tari rentak kudo sekarang ini lebih indentik dengan hibura malam. Dan telah hilangnya aturan-aturan pelaksanaan tari tersebut. Seperti tidak adanya pembatas antara penari laki-laki dan perempuan, dan penggunaan minum-minuma berakohol sebagai penyemangat penari.
Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Ratna Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra USU-Medan dan Ketua MSI Cabang Sumatera Utara Periode 2006-2010. Dengan judul “Perubahan Kesenian Di Kota Medan: Studi Tentang Ronggeng Dan Jaran Kepang” (http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/ratna_razali_jaran_kepang.pdf. Di akses 13/06/2011).
Penelitian yang dilakukan Ratna bukti yang menunjukkan bagaimana kesenian berkembang atau berubah seiring dengan perubahan sosial. Ketika kelompok masih berbudaya tradisional dan agraris bentuk kesenian yang muncul kental dengan nuansa magis atau religi untuk keperluan kegiatan ritual mereka. Akibat semakin majunya industri dan teknologi modern, kehidupan manusiapun mengalami perubahan. Begitupula dengan kesenian Tentang Ronggeng Dan Jaran Kepang pada masyarakat di Kota Medan mengalami perubahan fungsi yang dahulu kental dengan magis dan religi namun dengan adanya industri dan kemajuan teknologi berubah sebagai hiburan biasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Fokus penelitian ini adalah rentak kudo sebagai kesenian tradisional masyarakat Kerinci di Kecamatan Hamaparan Rawang. Ada beberapa daerah di Kerinci yang masih mempertahankan kesenian tradisional renrak kudo ini, namun seiring perkembangan zaman tari rentak kudo ini menjadi kabur asal muasalnya. Tari rentak kudo di Hamparan Rawang menjadi fokus peneliti memang mengalami banyak perubahan baik itu dalam pelaksanaannya, maupun fungsi tari itu sendiri perubahan tersebut berpengaruh terhadap masyarakat Kerinci. Bertolak dari fokus tersebut dapat ditegaskan pokok permasalahan dalam penelitian, yang menarik untuk mencari jawaban dari pertanyaan berikut: Mengapa terjadi Perubahan Fungsi Kesenian Tardisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci.? Dan Bagaimana Pengaruh Perubahan Fungsi Kesenian Tardisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci.?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui mengapa perubahan fungsi kesenian taradisional “rentak kudo” pada masyarakat kerinci, serta ingin mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perubahan fungsi budaya tradisional masyarakat Kerinci “rentak kudo”.



D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi karya ilmiah dalam pengetahuan khususnya dalam pengetahuan sosiologi dan antropologi.
2. Secara akademis, penulis mengharapkan sebagai rujukan bagi pihak yang ingin mengkaji secara umum mengenai Perubahan Fungsi Pada Acara Kesenian Tradisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci.
3. Secara paraktis diharapkan kepada pemerintahan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh agar dapat melestarikan keaslian budaya tradisional Rentak kudo dari pengaruh unsur-unur yang merusak kekhasan tari rentak kudo.

E. KERANGKA TEORI
Adapun teori yang relevan dengan penelitian perubahan fungsi keseniaan tradisional rentak kudo masyarakat Kerinci, teori adalah William F. Ogburn dia menjelaskan bahwa kemajuan teknologi akan mempengaruhi kebudayaan suatu masyarakat. Perubahan teknologi inilah yang menjadi faktor perubahan kebudayaan, apabila teknologi semakin maju maka perubahan kebudayaan masyarakat akan mengikuti, perubahan teknologi lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kebudayaan.
William F. Ogburn memusatkan perhatian pada perkembangan teknologi dan ia menjadi terkenal karena mengembangkan ide mengenai ketertinggalan budaya dan penyesuaian tak terelakkan dari faktor-faktor kebudayaan terhadap teknologi. Kebudayaan materiil adalah sumber utama kemajuan. Aspek kebudayaan non-materiil harus menyesuaikan diri dengan perkembangan kebudayaan materiil, dan jurang pemisah antara keduanya akan menjadi masalah sosial. Menurut Ogburn, teknologi adalah mekanisme yang mendorong perubahan, manusia selamnaya berupaya memelihara dan meyesuaikan diri dengan alam yang senantiasa diperbaharui oleh teknologi, (Lauer, 1993: 224).
“Teori ketertingalan kebudayaan” ini melibatkan dua variable yang telah menunjukkan penyeswuaian pada waktu tertentu. Tetapi karena penciptaan atau penemuan baru, salah satu variabel berubah lebih cepat daripada varuiabel lain. Dengan kata lain, bila laju perubahan bagian-bagian yang saling tergantung dari satu kebudayaan tidak sama, maka kita berhadapan dengan kondisi ketertinggalan kebudayaan, dan penyesuaian selanjutnya “kurang memuaskan” dengan tujuan yang dicapai mula-mula, (Lauer, 1993: 209).
Ketidakmampuan menyesuaikan diri yang dikemukakan Ogburn ini berakibat bagi kualitas hidup manusia. Ia menyatakan ada dua jenis penyesuaian sosial. Pertama, penyesuaian antara berbagai bagian kebudayaan. Kedua, penyesuaian antara kebudayaan dan manusia. Masalah penyesuaian manusia terlihat dalam berbagai jenis ketegangan dan perampasan hak, kejahata, pelacuran, dan berbagai masalah sosial lain yang merupakan tanda-tanda ketidak mampuan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, (Lauer, 1993: 210).
Teori Materialis yang disampaikan oleh William F. Ogburn pada intinya mengemukakan bahwa:
1. Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi pribadi mereka.
2. Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis). Hal ini juga disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan menjadikan kesenjangan antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan kejutan sosial pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan bagaimana beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang bersumber pada penciptaan, penemuan dan difusi. Teknologi, menurut Ogburn, berubah terlebih dahulu, sedangkan kebudayaan berubah paling akhir. Dengan kata lain kita berusaha mengjar teknologi yang terus menerus berubah dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menyebabkan terjadinya perubahan sosial cepat yang sekarang melanda dunia.
3. Perubahan teknologi akan lebih cepat dibanding dengan perubahan pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karena itu, perubahan seringkali menghasilkan kejutan sosial yang yang apada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.
Teori perubahan menurut William F. Ogburn menegaskan bahwa teknologilah yang menjadi factor pendorong perubahan kebudayaan pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia, apabila teknologi semakin maju maka secara langsung atau tak langsung akan menyebabkan terjadinya perubahan dibidang-bidang lain yang ada di masyarakat seperti kebudayaan. Bgitu juga dengan perubahab fungsi kesenian tradisional masayarakat Kerinci rentak kudo.

F. PENJELASAN KONSEP
Perubahan adalah merupakan kegiatan atau proses yang membuat suatu atau seseorang berada pada keadaan berbeda dengan keadaan sebelumnya serta merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. (Brooten dalam Nurhidiyah, 2003: 1http://www.edu2000.org). menurut Kingsley Davis dalam Soejono Soekanto (1990: 343). perubahan social merupakan bagian dari kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua bagian yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafah, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi social.
Fungsi dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai kegunaan atau manfaat, fungsi dapat diartikan sebagai konsekuensi yang harus dijalankan.
Perubahan fungsi adalah merupakan suatu perubahan dalam masyarakat mengenai bagaimana individu bersikap sebagaimana tugas dan tanggung jawab yang diberikan masyarakat dan mempengaruhi sisti social, nilai, norma dan pola perilaku individu dalam kelompok. Menurut Soejono Soekanto (1990: 362-365), factor-faktor yang mendorong proses perubahan adalah:
1. Kontak dengan kebudayaan lain, salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi, difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lain. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatun kebudayaan dan memperkaya kebudayaan masyarakat.
2. Sistim pendidikan formal yang maju, pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi masyarakat manusia terutama dalam menumbuhkan pikiran dan hal-hal baru.
3. Sistim lapisan masyarakat.
4. Penduduk yang berbeda.
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional di akses 15/06/2011)
Rentak kudo, berasal dari dua kata yaitu rentak dan kudo. rentak adalah hentakan, sedangkan kudo adalah kuda. Dari dua kata rentak dan kudo dapat diartikan bahawa rentak kudo adalah tari yang megerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Bukan berarti tari ini merupakan tari yang menggunakan gerakan-gerakan seperti kuda melainkan tari rentak kudo ini di artikan sebagai gerakan-gerakan penari yang menghentakkan kaki mereka dengan keras dan seperti kuda. Selain itu rentak kudo pada pada sekarang ini juga mempunyai konsep lain yaitu malang inaih yang berarti malang yang berarti malam sedang kan inaih diartikan dengan ini, jadi malang inaih artinya malam ini.

G. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dengan judul “Perubahan Fungsi Kesenian Tradisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci (Study Kasus: Kecamatan Hamparan Rawang)”, alasan penulis mengambil daerah ini sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Hamparang Rawang yang menjadi tempat penelitian ini adalah tempat berkembangnya keseniaan tradisional rentak kudo, dan di Rawang ini juga rentak kudo menjadi sangan popular. Selain itu kesenian tradisional rentak kudo di hampir seluruh daerah di kerinci menggunakan bahasa Rawang sebagai pengantar tari atau pengiring tari rentak kudo.
2. Pendekatan dan tipe penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian yang tepat digunakan adalah penelitian kualitatif, menurut Nasution (1985: 5) pendekatan kualitatif yakni mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka mengenai dunianya. Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam imron arifin (1996: 13) mendefenisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang diamati dengan berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka mengenai dunia sekitarnya.
Jenis penelitian ini dianggap relevan karena kerakteristik masalahnya yang unik dari realitas social dan dunia tingkah laku yang akan mewakili informasi atau data yang dianalisis, untuk pengembangkan teorinya metode kualitatif paling cocok digunakan. Karena dengan metode ini peneliti pada tahap awalnya dapat melakukan penjelajahan terhadap masalah yang akan diteliti, selanjunya melakukan pengumpulan data yang mendalam. Metode ini sangat cocok di gunakan untuk memastikan kebenaran dan datanya lebih terjamin (sugiyono, 2007: 24-25).
Tipe dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan jenis studi kasusnya studi kasus instrinsik, studi kasus adalah jenis penelitian yang lebih menekankan kedalaman dan keutuhan objek yang diteliti walaupun dengan wilayah yang terbatas. Studi kasus ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit social tertentu, meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Depdikbud, 1982: 3). Sedangkan studi kasus intrinsik yaitu studi yang dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik secara menyeluruh terhadap kasus tertentu, jadi studi kasus ini (Perubahan Fungsi Kesenian Tradisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci) di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai Mengapa terjadi Perubahan Fungsi dan Bagaimana Pengaruh Perubahan Fungsi Kesenian Tardisional “Rentak Kudo” Masyarakat Kerinci.
3. Subjek Penelitian dan Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat atau peserta yang ikut berpartisipasi dalam kesenian tradisional rentak kudo, informan penelitian ini adalah kaum adat serta orang tua (nenek) yang pernah terlibat dalam kesenian tradisional rentak kudo.
4. Pengumpulan Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan dengan menggunakan bentuk data kualitatif maka teknik pengumpulan data yang cocok adalah wawancara dan observasi.
a. Observasi
Obserpasi partisipasi yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati dan ikut serta langsung bersama objek yang diteliti. Observasi ini digunakan untuk memahami kualitas subjektif dan intersubjektif dari tindakan social, dimana para penganut humanistic sangat tertarik pada tindakan manusia yang spontan dan wajar sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sekitarnya (Maleong, 1998: 175). Peneliti ikut serta dalam aktifitas tari tradisional rentak kudo masyarakat kerinci.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bagian terpenting dalam penelitian, karena tampa wawancara peneliti tidak akan mendapat data yang lebih akurat, data seperti ini adalah tulang punggung penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak terstruktur, bebas dan terbuka. Cara ini dilakukan karena informan akan canggung bila wawancara dilakukan secara formal sehingga data tidak akurat, oleh karena itu wawancara dilakukan secara bebas yang lebih miri dengan diskusi atau bincang-bincang biasa. Wawancara bebas dicatat dengan menggunakan cacatan lapangan disaat wawancara maupun sesudah wawancara dilakukan.
Teknik wawancara yang akan digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview), adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan.
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang telah didapatkan dari wawancara dan observasi atau sebagai sumber data baru yang mendukung dan berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Studi dokumentasi ini berupa data tentang kondisi geografis dan demografis, serta dokumen atau buku-buku panduan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
5. Validitas Data
Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang disebut dengan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data dari sumber yang telah ada. Data akan dianggap valid setelah dilakukan cek ulang kepada sumber yang berbeda.
Selanjutnya tringulasi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara serata dokumentasi, sehingga hasilnya dapat di pertanggung jawabkan secara akademik dan metodologi.



6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan mengikuti model interaktif, dimana komponen-komponen analisis data (reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan) secara interaktif saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data. Dalam analisis data peneliti menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman, dalam hubungan ini meliputi; (1) Reduksi data, pada tahap ini data yang didapat disederhanakan dengan langkah-langkah meringkas data, mengkode dan proses ini berlangsung selama dilakukannya penelitian; (2) Penyajian data, sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan; dan (3) Penarikan kesimpulan, dilakukan dengan meninjau ulang catatan selama dilapangan, dan mewawancara kembali dengan beberapa informan kunci (Miles dan Huberman, 1992:20). Sebagaimana pola yang digambarkan di bawah ini.























Gambar analisis data model interaktif Miles dan Huberman

Daftar Pustaka

Depdikbud. 1982. Menggali Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press
Lauer, Robert. H. 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Maleong, lexy. 2000. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Nasution. 1988. Metode penelitian naturalistik. Bandung: Tarsito
Soekanto, Soejono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Perss
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Skripsi:
Sumarni. 2009. Perubahan Fungsi Kelompok Yasinan (Studi Kasus: Kelompok Yasinan Jami’atul Solehah di Dusun Bana Rejo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo Provinsi Jambi). Padang: FIS UNP

Web Sites:
http://id.wikipedia.org/wiki/Rentak_kudo (diakses 11/06/2011 )
http://artkerinci-sakti.blogspot.com/2009/08/art-of-qnchai-sorry.html (diakses15/06/2011)
http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/ratna_razali_jaran_kepang.pdf. (Di akses 1 3/06/2011).

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional (di akses 15/06/2011)

kebutuhan sosial psikologi remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis dan sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Menurut Abraham Maslow, suatu kebutuhan dinamakan “dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:
1. Apabila hal yang dibutuhkan itu tidak ada/tidak terpenuhi, maka menimbulkan penyakit atau gangguan.
2. Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
3. Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.
4. Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
5. Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.
Remaja sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga memiliki berbagai kebutuhan yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, hal: 8).
Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Dari uraian diatas kami tertarik untuk membahas tentang jenis-jenis kebutuhan remaja, yang kemudian kami rangkum dalam bentuk makalah ini.
B. Batasan Masalah
Makalah ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam perkembangannya, yang dititik beratkan pada aspek “Kebutuhan Sosial Psikologis Remaja”.
C. Rumusan Masalah
Fokus dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
1. Jenis-jenis kebutuhan sosial psikologis pada masa remaja
2. Pengaruh kebutuhan yang tidak terpenuhi terhadap tingkah laku remaja
3. Usaha atau tindakan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai bentuk kebutuhan remaja terutama kebutuhan sosial psikologisnya, pengaruh yang timbul apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jenis-Jenis Kebutuhan Manusia
Maslow merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari 2 jenis yang berjenjang, yang dinamakan dengan “Hirarki Kebutuhan” dan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologi/fisik
Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama untuk kelangsungan hidup manusia. Contohnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, seks dan sejenisnya.
2. Kebutuhan Psikologi
a. Kebutuhan rasa aman
Disebut juga dengan “safety needs”. Rasa aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang.
b. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau kebutuhan social
Disebut juga dengan “love and belongingnext needs”. Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan social yang harmonis dan kepemilikan.
c. Kebutuhan Harga diri
Disebut juga dengan “self esteem needs”. Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah atau tersinggung.
d. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Disebut juga “self actualization needs”. Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan baik.
Menurut Jumbur dan Moh. Surya (1975) ada sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu :
1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang
2. Kebutuhan untuk memperoleh harga diri
3. Kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi
4. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yang sama dengan orang lain
5. Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri
6. Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
7. Kebutuhan untuk dikenal orang lain
8. Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan oleh orang lain
9. Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya. (Tim Pembina mata kuliah PPD, UNP, 2007).
B. Pengertian Masa Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8).
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Dimana pada masa ini keadaan atau kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini juga disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil. Pada masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik dari pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama sekali.
Ciri-Ciri Masa Remaja:
1. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
2. Masa remaja sebagai periode perubahan.
3. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Kebutuhan Sosial Psikologis pada Masa Remaja
Kebutuhan remaja dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
1. Kebutuhan Fisik
Remaja memiliki kebutuhan fisik yang relatif sama dengan orang lain yang bukan remaja. Perbedaan kebutuhan seorang remaja dengan orang lain terletak pada jumlah atau porsinya. Kebutuhan-kebutuhan fisik harus terpenuhi karena remaja berada dalam pertumbuhan yang sangat pesat seperti pertumbuhan tulang, otot dan berbagai organ tubuh lainnya. Jika kebutuhan fisik remaja tidak terpenuhi, maka bukan saja pertumbuhannya tidak maksimal tetapi juga kesehatan fisik dan mentalnya dapat terganggu.
2. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis yang paling menonjol pada periode remaja adalah kebutuhan mendapatkan status, kemandirian, keakraban dan memperoleh filsafat hidup yang memuaskan untuk mengembangkan kodrat kemanusiaannya.
a) Kebutuhan untuk mendapatkan status
Remaja membutuhkan perasaan bahwa dirinya berguna, penting, dibutuhkan orang lain atau memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Perkembangan social remaja lebih mengarah kepada kesenangan berinteraksi dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua karena memperoleh status dalam kelompok teman sebaya jauh lebih penting daripada mendapatkan status dari orang tua. Oleh karena itu orang tua dan guru harus mengerti keadaan remaja dan berusaha membantu remaja memperoleh prestasi yang tinggi, memiliki kebanggaan diri dan merasa diri berguna dalam kelompok, keluarga, maupun masyarakat.
b) Kebutuhan kemandirian
Remaja ingin lepas dari pembatasan atau aturan orang tua dan mencoba mengarahkan atau mendisiplinkan diri sendiri. Remaja harus diperlakukan sebagai individu yang dewasa agar mereka bertingkah laku yang lebih dewasa karena hal tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka untuk mandiri.
c) Kebutuhan Berprestasi
Kebutuhan berprestasi erat kaitannya dengan kedua kebutuhan yang telah dikemukakan diatas. Artinya kalau kebutuhan berprestasi dapat dipenuhi maka kebutuhan mendapatkan status dan mandiri juga terpenuhi. Oleh karena itu guru perlu menciptakan proses belajar yang menimbulkan perasaan puas dalam diri siswa. Penilaian hasil belajar lebih ditekankan kepada usaha siswa, bukan semata-mata menilai hasil ujian atau ulangan tanpa memperhatikan proses yang dilakukan siswa. Hal ini akan membangkitkan motivasi belajar.
d) Kebutuhan Diakrabi
Kebutuhan untuk diakrabi bagi remaja dimaksudkan agar orang lain memahami ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya. Jika keakraban atau penuh perhatian telah diberikan pada remaja maka mereka akan merasa tersokong, dihargai dan bahagia. Sebaliknya jika remaja tidak mendapat kesempatan untuk mengkomonikasikan ide, kebutuhan dan permasalahannya, apalagi dilecehkan, ditolak atau dimusuhi maka ia akan sangat kecewa, marah, tidak nyaman atau terancam.
e) Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Remaja mulai mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan diperoleh. Suatu filsafat hidup yang memuaskan adalah yang bernilai kemanusiaan. Jika filsafat hidup telah dimiliki, maka perasaan manusiawi tumbuh subur dalam diri remaja sehingga segenap aktivitasnya diliputi perasaan aman dan damai.
Apabila kebutuhan-kebutuhan diatas dirasakan remaja tidak terpenuhi maka akan terjadi perasaan tidak aman, tertekan dan tidak puas karena tidak terjadi keserasian didalam dirinya. Oleh karena itu mereka mencari pemuasan dengan cara apa saja termasuk dengan cara-cara yang negative atau tidak wajar. ( Elida Prayitno, 2006)
Disamping rumusan tersebut ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dalam Andi Mappiare: 1982) yaitu :
1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang
2. Kebutuhan untuk diikutsertkan dan diterima oleh kelompoknya
3. Kebutuhan untuk mampu mandiri
4. Kebutuhan untuk mampu berprestasi
5. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup
Adanya tujuh macam kebutuhan khas remaja ini secara umum memang ada pada kebanyakan anak muda, tetapi tingkat intensitasnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing-masing., factor social, individual, cultural dan religius.
B. Pengaruh Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku Remaja
Apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi akan timbul perasaan kecewa atau frustasi perasaan konflik dan kecewa dapat dipastikan terjadi pada siswa remaja yang berupaya untuk mencapai dua tujuan yang bertentangan. Misalnya remaja yang berprilaku preman dengan tujuan ditakuti kelompoknya dan sekaligus bersikap terpelajar dengan tujuan dihormati akan menemui kesulitan dalam hidupnya. Siswa remaja yang kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi dapat melakukan tingkah laku mempertahankan diri seperti tingkah laku agresif, egosentris, dan menarik diri. (Elida Prayitno, 2006)
Usaha memenuhi kebutuhan bagi remaja tidaklah mudah, melainkan sangat rumit, kompleks dan bervariasi sebagai contoh kebutuhan remaja yang sering kurang memperoleh kebutuhan adalah kebutuhan akan kasih sayang dari orang tua maupun orang dewasa lainnya. Hal ini akan mengakibatkan remaja cenderung mencari penyelesaiannya sendiri dengan cara membanci orang tua, suka mencari perhatian orang lain, lebih betah berkumpul dengan teman sebayanya, mencari orang lain sebagai pengganti orang tuanya, yang dapat memenuhi kebutuhannya itu seperti gurunya, pemuka masyarakat, mencintai orang yang lebih dewasa dsb. (Muri Yusuf, 1999).
Apabila kebutuhan social-psikologis tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi frustasi dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya. Sebagai contoh masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan. (Diterbitkan 31 Januari 2008 psikologi pendidikan).
C. Usaha atau Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Remaja
Lingkungan keluarga didukung pihak sekolah perlu melakukan berbagai usaha membantu memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak menimbulkan kesulitan atau permasalahan bagi remaja. Saran yang perlu dilakukan adalah :
a. Perlu mengetahui pengalaman mereka di masa lalu (seperti perkembangannya, penerimaan dirinya, perlakuan masa kecil yang dia alami, kepuasan dirinya, dan lain-lain).
b. Perlu mengetahui dorongan-dorongan (motives) yang menyebabkan mereka berbuat sesuatu (misalnya kebutuhan untuk disayangi, ingin meniru, ingin diperhatikan, ingin disayangi dan lain-lain).
c. Bersikap jujur dan terbuka kepada mereka dan jangan pura-pura.
d. Hidup bersama mereka dan bukan hidup untuk mereka.
e. Memberi kesempatan terhadap mereka untuk mengemukakan pendapat secara bebas, penuh pengertian, dan perhatian dalam suatu komunikasi dialogis
f. Mencurahkan kasih sayang namun tidak memanjakan, melaksanakan kondisi yang ketat dan tegas namun bukan tidak percaya atau mengekang anggota keluarga.
g. Berperan sebagai kawan dan bersahabat, penuh pengertian dan penerimaan, sehingga dapat membantu mencari jalan keluar dari kesulitan yang dialami anak remaja.
h. Memotivasi anak dan mendorong untuk meraih prestasi yang setinggi tingginya.
Semua itu dilaksanakan dengan ketulusan, kesabaran dan konsisten dengan komitmen semata-mata demi kesuksesan dan kebahagiaan anak masa remaja.(buletinlitbang@dephan.go.id).
Guru atau orang dewasa lainnya perlu melakukan berbagai usaha atau tindakan untuk memenuhi kebutuhan remaja, misalnya:
1. Usaha untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan status
a. Mengembangkan bakat khusus remaja dengan berbagai rangsangan dan menghargai prestasi mereka dalam bakat khusus tersebut. Memberikan penghargaan kepada remaja disesuaikan dengan kecepatan dan prestasi mereka masing-masing.
b. Menghindari pemberian motivasi dengan membandingkan remaja secara individu baik dalam prestasi akademis maupun bakat khusus.
c. Tidak menuntut remaja berprestasi sama, walaupun waktu, guru dan metode belajar yang sama.
2. Memenuhi kebutuhan untuk mandiri
a. Memotivasi remaja membuat rencana atau program untuk pemgembangan bakat atau potensi mereka.
b. Memberi kesempatam remaja untuk mengemukakan ide-ide mengambil keputusan, membentuk kelompok dan program pengembangan bakat.
c. Memberi penghargaan atau penguatan kepada kelompok remaja yang kreatif dalam belajar misalnya menemukan sendiri bahan belajar yang relevan dari berbagai sumber yang tidak semata-mata kepada materi yang diajarkan guru.
3. Memenuhi kebutuhan Berprestasi
a. Memberikan penilaian kalau siswa telah menguasai bahan yang dipelajarinya sehingga semua siswa mendapat nilai baik.
b. Memotivasi dengan cara membandingkan prestasi sebelumnya dengan prestasi yang sekarang, jika seorang remaja itu menunjukkan penurunan prestasi. Dengan demikian siswa bersangkutan dapat memahami atau berkeyakinan diri yang kuat bahwa ia saat sekarang juga harus berprestasi sebagaimana yang pernah dicapai atau diraihnya pada masa lampau.
c. Membantu siswa mengembangkan bakat-bakat khusus secara serius, sehingga prestasi bakat khusus mereka dapat dibanggakan dalam kelompok.
4. Memenuhi Kebutuhan untuk Diakrabi
a. Guru harus membina kedekatan fisiologis dengan siswanya, dengan cara membantu mereka mengatasi kesulitan dalam belajar maupun kesulitan permasalahan pribadinya.
b. Selalu bekerjasama dalam berbagai kesempatan, menyusun program kebersihan kelas dan pengembangan bakat.
5. Memenuhi Kebutuhan filsafat hidup
a. Memberikan informasi tentang nilai kebenaran dalam kehidupan melalui berbagai materi pelajaran yang terkait seperti agama, seni dan ilmu sosial.
b. Menjadikan guru dan teman mereka sebagai model karena telah menerapkan nilai kebenaran, agama dan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya.
c. Melakukan bimbingan dan konseling kelompok atau individual untuk membentuk keyakinan dan keterampilan memecahkan masalah kehidupan dengan cara-cara bernilai moral dan kebenaran.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan makalah tentang kebutuhan social psikologis remaja ini, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self identity) memerlukan kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada timbulnya gejala-gejala menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.
b. Orangtua pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan sekolah harus mampu berperan aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada masa remaja dengan melakukan berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja menjadi seorang anak ataupun siswa tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan emosional antara orangtua atau guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan remaja dapat terjalin dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.
Tim Pembina Mata Kuliah PPD. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Dikti bekerjasama dengan HEDS-JICA.
www.indoskripsionline.com, diakses pada tanggal 17 Oktober 2009.